Membudayakan menulis semenjak kecil
adalah sangatlah baik untuk tumbuh kembang tingkat kepenulisan kita.Semenjak
duduk dibangku sekolah jika
seorang guru memasuki kelas, sejak awal hingga akhir pelajaran tidak mengucapkan
sepatah katapun, hanya menulis dan menyampaikan pesan komunikasi pendidikan
menggunakan media papan tulis, rasanya ada sesuatu yang janggal. Ada hal aneh
dan tidak lazim.Namun sebaliknya, jika seorang guru sejak awal hingga akhir jam
pelajaran hanya berbicara, berceramah, memberikan orasi di depan kelas, tanpa
sedikitpun menulis di papan tulis, rasanya biasa-biasa saja. Hal itu banyak
terjadi di depan kelas.
Ternyata
dari kejadian diatas,sistem pendidikan kita telah mengalami pergeseran dari
yang seharusnya banyak menulis,berubah menjadi banyak bicara.Akhirnya banyak
kita temukan di zaman ini orang-orang sangat pandai berbicara,berbual,berorasi
tapi jarang yang bisa menulis.
Hal
itu terjadi sejak guru mengajar di bangku TK, SD, SMP, SMA hingga perguruan
tinggi. Mereka memberikan contoh pembelajaran yang akhirnya membudaya, lebih
banyak berbicara dari pada menulis.Kebiasaan itu akhirnya menjadi sebuah budaya
di wajah pendidikan kita. Orang lebih banyak berbicara, dari pada menulis.
Efeknya orang tidak (terlalu suka) membaca. Apalagi bacaan yang agak berat
seperti halnya bacaan buku berisi ilmu pengetahuan ataupun artikel tentang
suatu permasalahan dalam kehidupan di masyarakat.
Secara tidak sengaja para guru dan para dosen mengajarkan
kepada siwa-siswi dan mahasiswanya untuk lebih banyak berbicara dari pada
menulis. Maka dunia menulis – dalam pengertian menulis artikel atau tulisan
mengandung muatan ilmiah, menjadi demikian jauh. Karena jauh, dianggap sesuatu
yang asing, sulit, dan tidak disukai.Untuk mengembalikan sesuatu yang “jauh”
tadi, maka harus dilakukan upaya pendekatan-pendekatan. Tidak perlu untuk
saling menyalahkan, tidak perlu malu-malu mengakui kekurangan ini.
Secara sistematis di semua lini dan jenjang pendidikan
harus ditekankan tentang pentingnya siswa-siswi hingga mahasiswa-mahasiswi
untuk suka dan terbiasa menulis. Jika sedang TK atau SD sudah terbiasa menulis
sesuatu yang nyata di sekitarnya, maka jenjang berikutnya tinggal
menyempurnakan.
Kebiasaan menulis ini harus lebih ditingkatkan bobot dan
frekuensinya di bangku SMA/SMK dan Perguruan Tinggi.Sudah saatnya Dinas
Pendidikan Pusat meluncurkan suatu kebijakan baru, agar lembaga pendidikan
penghasil guru seperti IKIP dan lembaga pendidikan lainnya menambah jatah ilmu
praktis tentang teknis menulis suatu karya ilmiah yang sederhana, mudah
dilakukan, tanpa meninggalkan bobot ataupun mutu. Sudah sepatutnya pelajaran
menulis suatu karya tulis berbasis ilmu pengetahuan atau karya ilmiah
dibiasakan sejak dini. Hal ini akan menjadi suatu kebiasaan yang secara tidak
disengaja menjadi rutinitas positif.
0 komentar:
Posting Komentar