Puisi
Galau : Apakah Cinta sejati itu?
Aku
memandang nyalang, pada manusia lalu lalang
Kulihat,
tanpa sedikitpun segan, mereka menggamitkan jemari tangan
Kata
cinta menguar di angkasa, menghayutkan gemawan mega
Mangaburkan
keindahan bintang gemintang, panji dan agungnya bentara
Namun
di sini, berdiri aku dalam keraguan
Tak
mengerti dan terus bertanya :
Apakah
segalon cinta lebih manis ketimbang sececap cita?
Dan
apakah bahagia terwujudi harus dengan dimiliki?
Dan
apakah seorang pangeran hanya dapat menjadi raja,
Pabila
mempersandingkan permaisuri di sisinya?
Lorong
pekat penuh lembap yang dindingnya berkeropeng dusta
Penuh
tipu daya, tiap simpangannya menyesatkan pengelana
Aku
ikuti setitik cahya, dan kulihat jawab di ujungnya
Aku
bertanya lantang, “Wahai, apakah itu ?”
Kulihat
sepasang muda-mudi bergelayutan mesra
Sang
gadis tertawa mengikik, sang pemuda menggeliat laknat
Sahutnya,
cinta adalah hari ini
Yang
tergantikan segera oleh hari esok
Dia
adalah kesenangan yang berkelindan selalu
Birahi
yang terpuaskan, nikmat yang berseliweran
Aku
tercenung, dan terus termenung
Jika
cinta adalah pesta pora, lalu apa arti cerita Majnun
Cinta
baginya adalah kisaran derita
Tetapi
Majnun hanya tahu itu cinta, walau dia buta
Oh,
betapa takdir cintanya berakhir nestapa
Aku
berpaling dari mereka yang mencemooh nakal
Lalu
aku pergi menuju ujung lain lorong teka-teki
Kuikuti
suara-suara merdu, tawa, dan musik syahdu
Walau
gelap pekat, suara itu menuntunku pasti
Dan
akhirnya kulihat panggung megah berdiri kokoh
Dipenuhi
penyair dan pujangga sepanjang masa
Dadaku
serasa bergolak, aku menyeruak dan berteriak, “Wahai apakah itu cinta?”
Seorang
pujangga menoleh, berdiri, dan menjawab panggilanku lalu mulai bersyair,
Cinta
adalah roman tanpa batas
Inspirasi
yang takkan mati; Api yang takkan padam
Yang
geloranya membuatmu remuk redam
Tapi,
bagai kecanduan, kau akan terus menyesapnya
Membuatmu
merasa terbang menuju menuju mentari yang menyala perkasa
Sekali
lagi, keraguan menyelinap dan membisik
Mestikah
begitu, sebab kulihat nyala sangat redup
Menyambangi
jalinan pernikahan yang suci
Gairah
sejoli telah berakhir, tapi tidak memupus ikatannya
Tapi
mereka masih menyebutnya cinta
Walau
madunya telah habis, Sang kumbang masih hinggap di atas kembang
Aku
melengos tak puas, dan berjalan tak tahu ke mana
Kususuri
lorong berliku, begitu panjang jalanan, begitu terjal undakan
Dan
pada satu tangganya, kulihat seorang pengemis renta mengharap derma
Dia
berkata, “berikanlah milikmu yang terbaik, dan kusampaikan kebijaksanaanku”
Aku
sebenarnya tak ingin percaya, tapi kakiku terlalu letih mencari jawab
Kuulurkan
sebongkah batu mirah sembari bertanya, “Wahai, apakah itu cinta?”
Si
pengemis diam dalam takzim, dan menjawab,
Cinta
adalah menghamba tanpa bertanya
Ketaatan
tanpa memerlukan jawaban
Kau
memuja, dan menjadikan dirimu budak dengan sukarela
Kata-kata
cinta adalah perintah yang tiada terbantah
Aku
terpekur dan tak henti berpikir
Jika
cinta merupakan penghambaan, lalu apa arti cinta Ilahi?
Dia
yang menurunkan hujan, dan lebih agung dari apapun jua
Dia
yang memberikan rizki kepada orang paling durjana sekalipun
Dia
yang mencintai makhluk-Nya, dan tak memerlukan apapun dari makhluk-Nya
Aku
merasa rugi atas permata yang terbuang percuma
Ini
bukanlah kebijaksanaan; melainkan kedunguan!
Cinta
si pengemis selamanya menjadikan dirinya pengemis
Yang
mengiba, meminta, dan mengharap sejumput kasih
Jika
ini dinamakan cinta, maka terkutuklah kata cinta!
Aku
muak atas pencarian ini, lalu memutuskan keluar
Labirin
tua tak lagi mengurungku, dan bau laut seakan memanggilku
Ini
adalah aroma kebebasan yang menarik para pemberani
Dan
seperti cerita lama, aku berlayar menuju samudera berombak, –sendiri
Angin
kencang membantu lajuku, dan kapalku menuju horizon di tapal batas
Mencari
dunia baru untuk ditaklukkan
Di
ujung dek aku berteriak penuh kegembiraan
Walau
kegembiraan itu kadang dibayar oleh rasa hampa di tengah lautan
Oh,
tahun-tahun berselang; musim-musim berganti datang
Waktu-penuh-kenangan
yang berkandung duka dan suka
Namun,
pada suatu hari yang mengejutkan
Badai
datang menenggelamkan apa yang tersisa
Aku
lihat puing-puing yang karam, dan onggokan
Sementara
aku hanyut ditemani tongkang yang terombang-ambing
Entah
mengantarkanku ke mana
Di
suatu tempat, saat aku membuka mataku
Aku
rasai pasir lembut yang harum baunya
Dan
riak ombak bermain-main di sekujur tubuhku
Apakah
ini tanah orang- orang mati, ataukah aku masih hidup?
Oh,
betapa hausnya aku…seteguk air akan mengobatiku
Dan,
aku lihat sesosok datang mendekat
Sorot
matanya menatapku lekat
Lalu
menuangkan seteguk air pada bibirku yang kekeringan sangat
Pandanganku
terasa kabur, dan dunia terasa berputar begitu cepat
Aku
berharap dia adalah malaikat tak bersayap yang memberikan jawab
Aku
merasa maut sebentar lagi menjemput,
Jadi
tak ada salahnya bertanya, toh rasa malu akan terbawa lalu
Setelah
sekian lama, sekali lagi aku bertanya, “Wahai, apakah itu cinta?”
Dia
termangu,dan hanya tersenyum
Untuk
menenangkan jiwaku yang sekarat, dia menatapku lembut
Dan
kata-kata bagai menetes dari mulutnya
Kata-kata
serasa madu yang manisnya teringat selalu, Jawabnya :
Cinta
bukanlah benda untuk dimiliki
Tetapi
tindakan untuk diperjuangkan
Cinta
adalah kebaikan tanpa imbalan
Pernahkah
mentari bertanya padamu atas sinarnya yang terang
Dan
pernahkah pepohonan meminta jawaban atas keteduhannya
Jika
kau memberikan segelas air pada orang asing,
Dan
dia tak berhutang padamu apapun
Itulah
cinta.
Bagaikan
petani, kau menanam benihnya
Lalu
orang lain memakan buahnya, menghilangkan rasa laparnya
Tetap
ingatlah, cinta adalah pilihan hatimu
Bukan
keterpaksaan dari rasa takut
Sebab
cinta tidak pernah membuatmu merasa kehilangan
Dia
terus membuat hatimu merasa kaya
Namun,
sungguh dunia telah tercerai berai,
Dan
manusia menjadi tersesat oleh makna cinta
Tergelincir
keserakahan, cinta menjadi memabukkan
Untuk
memiliki, bukannya memberikan
Untuk
menguasai, bukannya mengasihi
Jika
cinta tinggallah nafsu diri belaka
Yang
tersisa hanyalah kerusakan semata
Tiada
peduli sesama; Semuanya mengagungkan diri jua
Orang
menamakannya cinta; tapi itu hanyalah dusta
Hari
itu, aku tahu
Bahwa
perjalananku bukannya berakhir,
Tetapi
baru saja dimulai
Lalu
aku mengatup mata
Dan
mulai mendoa
Untuk
satu pilihan kata di hati.
P.S Puisi Ini di tulis oleh (FB_ID:Ressy
Rissky Monica ).
0 komentar:
Posting Komentar